Jumat, 13 Februari 2009

mengenang tsunami

ACEH
By.Muchojin Puji Santoso

Disana pesta ditabuh
Genderang tak henti-henti
menyapa...

Berjuta syair keluar dari perut bumi
Gebyar dan ceprat-cepret foto
Ribuan rol abadikan luka kami

Diatas penderitaan kami
Menjual fotofoto
Terlalu jelek untuk dikenang
Aku marah, muak , dendam
Ingin aku usir mereka
Kami bukan tontonan
Bukan pula pesakitan
Diatas tanah kami tercinta
Genderang, foto, kamera tak berhenti
Hingga aku dan hayalku
Sehat kembali.
Namun aku butuh mereka, dasar nasib.
Anak-anak
kecil kami menangis
Hanya diam, mulutku menahan geram dan tangis
Tatapan kosong saudaraku
Bau bangkai belum ingatkan mereka
Cukup penderitaan ini kami pikul
Ditanah ini hidup dan matiku
Tanpa ceprat-cepret foto
abadikan sekarat kami.

Foto foto
sekarat terpampang di Koran
Hebat gumanku.
Ada darah, anak kecil terlentang tak bernyawa
Lumpurlumpur
memendam kami
Kami foto model di akhir mimpiku.
Hei.. hei… aku terkenal lihat ini foto-foto itu…
Semua orang tidak mengerti bahasaku.
Trenggalek

2 komentar:

muchojin puji santoso hku mengatakan...

ngomong apa SICH KAMU

muchojin puji santoso hku mengatakan...

tiba tiba aku ingin bicara... ketika itu aku pas lagi bingung melihat fenomena tsunami aceh... dan dengan spontan aku memegang pena dan ... lahirlah puisi ini... walaupun gak bagus sich tapi satu yang aku senangi puisi ini melihat dengan sudut pandang beda... biasanya orang melihat tsunami itu mereka akan berpuisi tentang kedahsyatannya tsunami tapi aku malah asyik membicarakan wartawan dan tukang fotonya...memang begitulah dunia ini

Posting Komentar

DAFTAR ISI